Pasca perang dingin, Dunia menjadi monolitik. Barat yang Kapitalis-Sekuler tampil sebagai penguasa tunggal atas otoritas ekonomi-politik global setelah selama tujuh dekade bersitegang dengan Sosialisme-Komunisme dan Fasisme. 

Kemenangan barat ini jadi entry point bagi kosolidasi demokrasi. Maka lahirlah apa yang disebut Huntington sebagai gelombang demokrasi ketiga. Sebuah fase perkembangan demokrasi yang melahirkan banyak sekali negara-negara demokrasi baru. 

Negara-negara demokrasi ini tumbuh dengan asistensi barat, terutama Amerika Serikat. Amerika sendiri sedang memulai proyek baru bagi demokrasi dunia, dimana setiap elemen budaya maupun lokalitas harus dibuat kompatibel dan dapat menerima demokrasi sebagai yang satu-satunya sistem politik. 

Sebenarnya sejak perang dingin, Sosialis-Komunis bukan satu-satunya musuh barat. Tapi Peradaban Islam sendiri telah lama menjadi musuh barat, hanya saja perimbangan kekuatan menuntut semua terpolarisasi menjadi Komunis versus Kapitalis, atau blok barat versus blok timur.

Menurut Huntington, konflik di dunia baru sekarang ini bukan disebabkan oleh faktor ideologis atau ekonomi, tetapi lebih disebabkan oleh apa yang disebut sebagai “benturan peradaban” (the clash of civilization).

identitas peradaban akan semakin penting pada saat ini dan masa datang, dan dunia akan dibentuk dalam ukuran besar oleh interaksi di antara tujuh atau delapan peradaban utama: Barat, Konfuius, Jepang, Islam, Hindu, Slavia Ortodoks, Amerika Latin dan mungkin Afrika. Konflik yang paling penting pada masa akan datang terjadi di antara garis budaya yang memisahkan satu peradaban dengan yang lain.

Setelah runtuh tembok Berlin,  Barat kemudian memilih untuk melawan Islam, dengan mengangkat kembali isu-isu budaya sebagai pemicu konflik.

menguatnya persepsi dikotomis Barat-Islam karena adanya interpretasi historis yang difokuskan pada prinsip ideologi antagonisme seperti:  Bizantium versus Kekaisaran Islam, Kerajaan Kristen versus Andalusia, Turki Usmani versus Eropa, Nasionalisme Arab-Islam versus Barat.

Persaingan hegemoni politik dan ekonomi antara dunia Kristen abad pertengahan dan Kekaisaran Arab-Islam ditafsirkan sebagai sebuah konfrontasi antarperadaban, yang menyebabkan kesadaran Barat memahami Islam sebagai lawan atau musuh. Sementara Kristen dan Yudaisme terintegrasi dengan Barat ke dalam peradaban Yudeo-Kristen.

Mengutip Daniel Pipe, dalam pandangan fundamentalis muslim, Amerika jauh lebih berbahaya ketimbang Uni Soviet karena pengaruh budaya dan ekonominya Amerika jauh melampaui Uni Soviet. Demikian dengan Amerika juga menganggap ideologi kelompok fundamentalis Muslim merupakan tantangan yang jauh membahayakan.

Sampai dekade ketiga benturan Islam-Barat, ketegangan tetap dengan tensi yang sama. Sikap dunia Islam masih kokoh dalam pandangan bahwa Barat masih terus berkeinginan menghancurkan Islam dengan terus menerus terlibat dalam upaya-upaya menciptakan konflik yng berlarut-larut antara Negara Islam, menyingkirkan Konsepsi Islam sebagai Nation State, serta mengerus budaya dan lokalitas Islam.

Sementara Barat, sampai hari ini masih berada pada Islamophobis akut dengan pandangan yang terus menerus curiga dan diskriminatif terhadap Islam.